Meski hidupnya kini belum sempurna, pria dengan nama Rendy Andriyanto ini ingin mencari teman hidup yang nyaris sempurna, bahkan yang dapat membuat dia mendekati sempurna juga. Wanita berkerudung, bergamis pink dengan lukisan senyum di wajah yang mampu membuat rindu, itulah yang diinginkan dia. Hingga suatu malam, terlintas suatu benak di dalam pikirannya.

“Ya Allah, Ya Tuhanku, Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Aku memang belum sempurna, bolehkah Aku meminta teman hidup yang belum sempurna,” Ungkapknya sembari menenggak seduhan kopi hitam di halaman belakang rumah.

Gubug kecil di halaman belakang rumah yang sering dia anggap sebagai garasi pencetus orang hebat menjadi tempat asyiknya menghabiskan waktu hidupnya di kala itu. Belajar menulis, membaca, membuat puisi, internet marketing, sampai hanya menonton ratusan ribu status akun profile temannya di jejaring sosial media besutan Mark Zuckerberg. Malamnya-malamnya, dia lewati bersama teman layar 12inch dengan banyak diiming-imingi penghasilan dari internet. Namun, mamahnya yang sangat sayang dan peduli merasa sudah terlalu banyak waktu yang dia habiskan sendirian dengan kegiatan ghaibnya di dunia maya.

“Nak, kegiatanmu itu ngapain sih? Katanya bisa dapat penghasilan? Mana?,” Tanya mamahnya dengan nada halus. Meski sudah berkali-kali menerangkan, nyatanya mamahnya sangat sulit untuk memahami sebenarnya apa yang ia kerjakan dan sering menanyakan hal yang sama.

Bermodal tekad dan semangat yang kuat, diapun masih terus meneruskan minatnya untuk tetap menulis di dalam Blog. Kumpulan blognya yang absurd menjadikan alasan mengapa dia tak mau membagikannya di beberapa akun media sosial dengan atas nama asli miliknya. Kejenuhan pun hinggap di pikirannya, ingin merasakan suatu hal yang baru di dalam hidupnya.

“tak peduli apa kata teman, ini saatnya aku show off dan tunjukin karya-karya tulisan blogku di sosial media,”

“It just warming up. Awas!! Sekaliku gerak karirmu tersenggol,”