Jujur, 19 tahun selama Aku hidup baru mengenal yang bernama Organisasi. Mungkin dulu pernah, tapi aku lebih suka menyebutnya dengan nama komunitas, geng, gerombolan, club, atau yang lainnya. Hal tersebut terlandaskan oleh karena Aku tak suka dengan hal yang berbau politik dan hukum yang tak sengaja setiap mata pelajaran itu tak jarang mendapatkan nilai C – cukup membuatku bahagia.

Dunia perkuliahan benar-benar membuatku berpikir luas, lebih rasional, lebih universal. Kini dengan sendirinya aku makin tertarik dengan hal yang berbau politik dan hukum – meski belum hafal pancasila dan pembukaan UUD 45, setidaknya tak pernah menyontek pas ulangan PPKN. Uniknya lagi, pelajaran PPKN kadang bisa disangkut pautkan dengan masalah cinta, misalnya saja Aku ambil materi mengenai kesejahteraan. Kadang sesosok menuntut kesejahteraan bagi hidupnya, baik secara jasmani maupun rohani (terutama materi) kepada pacarnya.

Hmm mulai dari inilah akan Aku singgung mengenai budaya organisasi.

Ketika Aku memulai organisasi, yang terpikirkan olehku ialah kebersamaan, kesolidan, kejujuran, dan ha lainny yang tentunya berbau positif, tapi ternyata tidak. Pada beberapa organisasi yang pernah Aku ikuti, pasti semua memiliki masalah (seperti pada hubungan seseorang – bak sebuah bumbu dalam hubungan). Tapi menurutku tak patut bila diterapkan pada sebuah organisasi. Contoh kecilnya aja, pernah terpikirkan oleh organisasiku untuk membuat kostum yang seragam serta melambangkan dan membuktikkan bahwa kita (organisasiku itu ada). Tapi apa? Salah satu orang yang berdiri di organisasi itu yang mengemban tugas untuk membuat kostum justru malah menyisipkan politik yang cukup menggelitik. Pada harga kostum tersebut, dia hargai lebih mahal dari harga aslinya. Hal kecil tersebut cukup membuatku terkejut. Sempat terlintas pikiran, “toh, itu yg pakai kan organisasi dia sendiri,” “dia ikhlas ga sii berada di bagian pendanaan?, atau memang dia berorganisasi hanya untuk meraup untung?,”.

Serta masih banyak hal lainnya yang tak bisa Aku sebutkan satu persatu (takut kalian -pembaca- justru jadi tersinggung). Aku akhiri saja perbincangan kali ini, maaf jika masih nggantung pembahasannya, tapi semoga kalian mengerti dengan apa yang sedang Aku rasakan.