Hai, sekarang ijinkan Aku untuk sedikit berbagi cerita mengenai Brebes.

Tahun ini, bulan ini, hari ini, jam ini, menit ini, detik ini ketika Aku menulis artikel ini sedang rebahan di atas kasur rumah Arif Hidayatullah, salah satu anggota tim yang kebetulan kami sedang melakukan tugas goes to school dari Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto untuk mempresentasikan dan mengenal kampus ST3 Telkom Purwokerto kepada hampir seluruh SMK-SMA se-Brebes. Ah, tapi itu tidak terlalu penting, itu hanya sebuah urusan formal yang Aku jadikan sebagai modus untuk bisa sesekali menginjakkan kaki di kota yang terkenal dengan sebutan kota telur asin dan kota bawang.

Telur asin – ya tentu itu adalah telur yang dihasilkan oleh seekor unggas yang memiliki paruh sedikit panjang dan memiliki bulu serta mempunyai kaki yang dapat digunakan untuk berjalan di darat maupun berenang di air, orang-orang umum biasa menyebut unggas tersebut dengan sebutan “Bebek”, mungkin karena unggas kalau teriak bunyinya “wek, wek, wek” atau ga Aku ga mau tau itu.

Bawang – semacam butiran bumbu dapur yang lebih sering diiris tipis-tipis terlebih dahulu sebelum digunakan. Kata ibu Aku, kehebatan bawang ini adalah bisa membuat setiap orang yang mengiris bawang menjadi menangis, entah dari mana datangnya mitos tersebut bisa kalian cari sendiri di buku kesayangan penerbitnya.

Yang terpenting sekarang adalah Aku sedang ada di Brebes, sedang menikmati liburan di Brebes, sedang asyik menikmati keindahan Brebes – meskipun aku belum paham dengan betul bahwa Brebes indah dari mananya.

Nampak memang jika kalian pergi ke Brebes pasti akan melihat ladang yang luas, ladang yang orang-orang Brebes jadikan sebagai tempat untuk menanam Bawang yang mereka rawat setiap hari meskipun akhirnya bawang-bawang itu akan dijual dan tidak dibawa mati tapi tetep aja para petaninya sibuk dengan ladang bawangnya masing-masing.

Tak jarang juga, 1, 2, 3 mobil bak mengangkut tumpukan bawang yang siap diselundupkan ke pasar-pasar terdekat akan kalian temukan ketika kalian berjalan menyusuri jalanan Brebes. Aroma bawang jelas tercium menyengat hidung sampai ke hati dan rasanya seperti pengin muntah.

Aku jadi semakin yakin bahwa seluruh warga Brebes adalah orang-orang yang memiliki penghasilan tinggi, karena di kotaku, Purwokerto, harga bawang sangat mahal, dan orang-orang Brebes memiliki ladangnya, hmm tinggal eksport ke Purwokerto, uang langsung numpuk di dompet.

Tapi, cerita bawang itu masih kalah dengan cerita telur asin.

Perjalanan menuju Brebes, Aku naik motor berdua dengan Arif. Singkat cerita perjalanan. Ketika Aku mulai melihat ada sebuah baliho bertuliskan, “Selamat Datang di Brebes”, percaya atau tidak hidung pesekku langsung Aku tutup rapat-rapat menggunaan dua jari. Karena apa? Aku ga bisa bayangkan betapa baunya telur asin di kota telur asin.

Ah, tapi Brebes masih saja curang, Brebes yang memiliki icon telur asin masih tidak seperti Purwokerto. Purwokerto yang khas dengan gorengan mendhoan. Hampir semua orang memiliki wajah yang mirip dengan mendhoan, “berminyak”. Tapi tidak dengan Brebes, tak ada satu pun orang yang badannya berbau telur asin, dan menurut saya hal tersebut sangat tidak patut dicontoh karena seharusnya sebagai orang yang lahir dan besar di Brebes harus melestarikan icon-icon yang ada di Brebes, ya salah satunya bisa dengan wujud melumuri badan dengan telur asin sehingga hampir seluruh badan berbau telur asin.

Tapi, Aku salut dengan salah satu desa, yaitu desa Randusanga. Karena, baru tempat desa itu aja yang Aku kunjungi yang sangat melestarikan icon Brebes. Jika kalian ingin berkunjung ke Randusanga sebaiknya bawalah masker terlebih dahulu. Sumpah!!! Jika kalian lewat sana dan sudah tiba-tiba menemukan tulisan “Kawasan Ternak Itik” maka bersiap-siaplah, entah itu bau bebek, bau telur bebek, atau bau t*i bebek Aku ga tau, pokoknya bau banget.

Haduhh, sebenarnya cerita ini ingin Aku lanjutkan lebih jauh lagi, tapi berhubung Aku baru berkunjung satu malam, jadinya Aku belum menemukan tempat unik serta menggelitik lainnya lagi yang ada di kota Brebes, rencanannya besok Aku ingin berkunjung ke tempat dimana Aku bisa menikmati Bandeng sambil mendengar gemuruh air pantai dan melihat matahari terbenam bersama orang spesial