Akhir-akhir ini memang Aku kurang aktif ngeblog. Porsi postingan berkurang. Meskipun satu bulan di dunia fakta adalah waktu yang tidak lama, namun di dunia maya waktu sebulan adalah waktu yang sangat lama di tengah-tengah derasnya kecepatan kemajuan teknologi di dunia digital. Bagi seorang Blogger, hal itu dapat menjatuhkan diri sendiri dan mengurangi reputasinya di dunia maya. Tuntutan tugas dan pekerjaan di dunia mayalah yang membuat Blog terbengkalai dan tak terjamah oleh lentik jemariku. Rasa kangenlah yang membuatku tuk mulai menyentuh Blog ini lagi. Teringat cerita waktuku mulai ingin membuat blog dengan rasa ikhlas dan konsisten untuk tetap menulis meskipun sedang dihadapkan oleh kondisi yang tidak cukup memadai untukku meluangkan waktu.

Malam ini aku baru saja kedatangan 3 anggota keluarga lagi, ponakanku menyebut mereka Inu, Naya dan yang satunya lagi kebetulan belum diberi nama. Mereka kutempatkan bertiga di kandan berwarna kuning dan sempit. Mungkin nanti jika kupunya uang lebih, mereka bakal tek pisahin jadi satu ekor satu kandang. Pagi dan soreku kini harus rajin menyuapkan limbah sayur dan wortel ke mereka. Siangnya wajib harus membersihkan kandangnya. Hmm menambah pekerjaan saja. Tapi itu sangat menyenangkan, bisa jadi mereka bisa jadi tempatku meluapkan amarah selain kepada-Nya. Karena kusuka dengan mereka, ketika kucurhat dengan mereka, tak ada satupun dari mereka yang marah atau menggosipkannya dengan teman-teman mereka yang lain. Tuhankupun begitu, Aku sangat cinta kepada Tuhanku Allah. Karena itulah Aku sering curhat kepada-Nya, menangisi keadaan hidup, mensyukuri pemberiannya, meratapi ketidakadilan hidup yang dalam satu hari satu malam hanya ada 24 jam, ku merasa kurang. Aku merasa dalam satu jam harus ada kurang lebih dari 50 jam.

Banyak sekali pekerjaan yang tidak bisa kupegang dalam satu hari. Tugas kuliah, tugas kerja, organisasi, semua bercampur aduk di dalam kepala, menggerumuti dan semakin membuat otak ini panas. Seringku menatap kosong awan hitam di langit bersama kopi seduh bergambar kapal titanic, mengadu seakan-akan sedang ngobrol asyik ngopi bareng Tuhan, “kenapa cuma 24 jam?”. Tapi, tak pernah ada suara jawaban yang muncul dari langit.