Perkembangan dunia menuntut seluruh umat manusia yang hidup untuk ikut serta ke dalam perkembangannya. Manusia milenium, mungkin itu adalah sebutan yang tepat untuk manusia sekarang ini yang sudah terpengaruh akan adanya teknologi yang kian semakin maju. Dampak positif dan dampak negatif memang tak bisa dihindari, tapi pola pikir haruslah tetap dijaga agar tak menjadi budak teknologi yang kian marak dibodohi dengan teknologi.

Dulu orang bijak bilang, “menulislah untuk dikenal dunia, dan membacalah untum mengenal dunia”. Dengan perkembangan teknologi, kini Saya dapat berpikir bahwa hal tersebut sudah dapat Saya hantam dengan pepatah, “membuatlah video lucu untuk dikenal dunia, dan nontonlah youtube untuk mengenal dunia”. Berapa banyak artis yang berasal dari video konyol (baik mendidik, maupun tak mendidik) di youtube? Raisa, Bayu skak, Udin sedunia, Sinta dan Jojo, Aditya, dan masih banyak lagi contoh yang lain. Mereka semua terkenal, walau hanya seperti angin lewat. Tapi, coba bayangkan seberapa banyak Blogger, editor, penulis, penulis puisi, atau hal macam lainnya yang terkenal? Ini membuktikan bahwa orang-orang hanya ingin otaknya dikonsumsi oleh karya-karya yang lebih mudah dipahami tanpa harus membaca dan mencari tahu makna yang terkandung di dalam sebuah karya tulis. Menyedihkan. Minat baca orang-orang, khususnya Indonesia sudah berkurang. Berdasarkan hasil survei UNESCO pada 2011, indeks tingkat membaca rakyat Indonesia hanya 0,001 persen, yang artinya hanya ada satu orang dari seribu orang yang mempunyai minat membaca.

Penyani / band konyol tanpa suara yang enak didengar. Bermodalkan jogedan super, yang membuat Saya menelan ludah karena haus. Bermodalkan tampang ganteng maksimal. Berteriak, “liat aku nihhhhh!!!!”. Sedangakan, liat karya-karya orang pada tahun-tahu sebelumnya yang sudah pernah ditayangkan di televisi. Suara mereka sangat khas, sangat enak didengar. Ya, walau sekarang ini tidak sepenuhnya semua penyanyi tidak memiliki suara yang bagus. Tapi, selama Saya melihat televisi, telinga Saya selalu mendengarkan suara-suara penyanyi yang tak enak didengar, sedangkan mata Saya delalu melihat penampilan-penampilan unik yang bisa dibilang konyol.

Sudah jarang sekali istilah “tongkrongan di pinggir jalan”. Sepanjang Saya berjalan di dinginnya malam, jarang sekali Saya remaja-remaja duduk di pinggir jalan dengan gerombolannya. Yang ada, Saya hanya melihat kelompok-kelompol unik sedang bercengkerama melalui kolom komentar Facebook.

Tayangan televisi sudah tak mendidik lagi. dan masih banyak lagi yang lainnya.

Bonus: Dulu orang-orang mabok dengan cara minum jack daniels, red label, chivas regal, paling murah sekantong plastik ciu seharga 30ribu. Namun, kini Saya melihat banyak sekali remaja yang mabok dengan cara minum antimo dan minum komix dengan jumlah dosis yang tinggi. Bonus ini Saya tulis agar pemerintah dapat mengetahui bagaimana cara yang dilakukan remaja saat ini untuk mabok-mabokan. Tentu saja dengan tujuan agar cepat diberantas dan diberikan pendidikan yang lebih baok untuk remaja-remaja tersebut.