Indonesia, dari sabang sampai merauke adalah negara yang sangat beranekaragam, mulai dari wisata alam, wisata bahari, kuliner, hingga adat budaya. Menuruku, tak heran lagi jika mempertahankan budaya Indonesia adalah hal yang cukup sulit. Apalagi, sekarang ini generasi milenium lebih merasa sedih jika tak memakai merk smartphone yang sama dibandingkan memakai atribut adat budaya milik sendiri. Adat dan budaya yang seharusnya melekat dalam diri dan jiwa kita semua sebagai bangsa Indonesia yang tak apatis.

Sebagai orang Jawa, ada dan budaya yang aku sangat kenali adalah keris, tari serimpi, rati kendalen serta tarian lainna, gamelan, angklung, wayang, blangkon dan adat budaya lainnya.

Masihkah sering melihat budaya tersebut ada dan dilestarikan oleh teman-teman kita? Jawabannya adalah tentu masih. Masih ada pagelaran, masih ada sanggar-sanggar yang mengajarkan ada budaya Jawa. Tapi, yang harus dipikir adalah jumlahnya berapa? Apakah sebanding dengan total jumlah penduduk Indonesia, khususnya Jawa?

Belum tentu, buktinya saja masih ada adat budaya milki kita yang direbut dan diakui oleh negara lain. Tari kuda lumping, gamelan, reog ponorogo yang sejatinya adalah asli adat budaya milik Indonesia sempat dicuri dan diklaim oleh Malaysia.

Semuanya karena apa? semuanya tentu berawal dari diri kita sendiri. Diri kita yang tak pernah peduli lagi dengan adat dan budaya tersebut. Diri kita yang justru menganggap adatbudaya tersebut tidak lagi keren di tahun 2017. Tahun dimana kita semua sudah ‘dijejeli’ dengan budaya barat.

Ketika mereka para pengamen jalanan memainkan angklung, gamelan, kenthong serta teman lainnya. Kita justru menyulitkan mereka dengan berpikir dua kali untuk memberi reward berupa recehan koin yang mungkin tak bernilai bagi kita, tapi sangat berarti bagi mereka.

Ketika mereka menari ronggeng berniat menghiburmu yang sedang makan di warteg. Kita justru mengusirnya telak berumbuh kata cacian, makian dan hinaan.

Ketika mereka yang bepergian mengenakan blankon. Kita justru menyepelekannya, bahkan menghinannya, menganggap mereka sangat ketinggalan jaman sambil berkata, “Hai orang tua, abis pengajian apa sekarang udah jadi dukun? (sambil haha hihi haha hihi)”.

Ketika kita berniat merayakan sebuah peringatan/event. Kita justru lebih memilih para penari striptease dan musik dugem ketimbang merayakannya dengan cara adat dan budaya kita.

Oh budayaku, sebenarnya engkau tak seharusnya direbut kembali dari tangan pencuri jika aku selalu membelai memanjakanmu setiap saat.

Marilah kita semua sebagai bangsa Indonesia, bangsa yangbesar. Mulailah tanam dalam diri kita sendiri bahwa adat budaya kita sendiri adalah alat/kesenian yang sangat keren. Adat budaya yang seharusnya kita jaga setiap saat. Alat yang seharusnya mebuat kita menegapkan badan sambil berkata lantang, “INI BLANGKONKU! BLANGKON KEREN”.